
Ka’bah yang berada di mekah salah satu kota di arab menjadi lahirnya agama Islam. Sebelum lahirnya nabi Muhammad, mekah sudah di bangun peradabannya oleh nabi Ibrahim.
Namun, kenapa mekah ya yang harus menjadi tempat kelahiranya. apakah di dunia tidak ada yang lebih jahiliyah selain di mekah?
Apakah Indonesia pada sat itu tidak jahiliyah?
Secara geografis posisi Semenanjung Arab berada di Asia Barat Daya pada persimpangan Afrika dan Asia. Secara politik, Semenanjung Arab terdiri dari sembilan negara, yaitu: Arab Saudi, Kuwait, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Irak, dan Suriah. Secara spesifik, Islam pertama kali dijejakkan di Arab Saudi, tepatnya di Kota Makkah.
Untuk bisa menjawab mengapa Kota Makkah menjadi pijakan awal Islam, adalah dengan melihat kondisi sosial masyarakat bangsa Arab dan letak geografisnya, lalu dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang berada di sekitar.
Ada beberapa bangsa-bangsa di sekitar Semenanjung Arab yang terbilang sudah mapan, antara lain: Persia, Romawi, Yunani, dan India. Menurut Dr. Said Ramadhan al-Buthi, saat itu ada dua bangsa besar yang menjadi pusat peradaban dunia, yaitu Persia dan Romawi.
Selain itu, ada juga Yunani dan India.
Selain itu arab menjadi pusat perdagangan karena pertemuannya antara jalur darat dan jalur laut. Serta mekah saat itu menjadi penghubung antara papper road dan silk road. Disini kita memakai pendekatan ekonomi, bahwasanya ketika mekah menjadi sebuah pusat perdagangan, maka akal sehat semua ingin menguasai perekonomian tersebut.
Disini terbuatlah sebuah kebudayaan yang bernama jahiliyah. Banyak yang menyatakan bahwa memuat bangsa arab jahiliyah karena memnyembah berhala seperti hubal yang di anggap tuhan berbentuk patung terbuat dari kayu, logam, emas bahkan batu merah.
Namun, sebenarnya yang membuat orang arab pada saat itu jahilyah melainkan perebutan kekuasaan untuk mendapatkan perekonomian yang sejahtera.
Kenapa seperti itu, banyak yang menyatakan bahwa jika ada anak perempuan lahir maka harus di bunih, namun, secara fakta itu hanya berlaku kepada kabilah-kabilah kecil. Karena jika ada anaknya perempuan lahir maka akan mendapatkan keturunan yang nantinya membuat sebuah kabilah mempunya populasi yang banyak, ditakutkan oleh kabilah besar akan mengkudeta mereka.
Kabilah-kabilah yang berada jauh dari mekah sendiri mempunyai kebiasaan membegal atau merampok para pedagang yang tidak membayar upeti kepada mereka, dengan sebuah fakta bahwa bilal bin rabbah menjadi budak karena semua barang dagangnya di rampas oleh kabilah.
Lalu bagaimana Sunda pada saat itu?
Apakah sunda pada saat itu masuk ke dalam kebudayaan yang jahiliyah? Tentu saja tidak, kita masuk pada pada masa pemerintahan Candrawarman yag menjadi raja keenam tarumanagara yang bergelar Hariwangsa Purusati Suralagawegengparamarta tahun 515-535 M. 35 tahun sebelum nabi lahir yang pada saat itu semenanjung arab sudah jahiliyah.
Tatar sunda bagian Barat Jawa pada tahun itu sudah focus terhadap kesejahteraan rakyatnnya, menambah pendapatan negara, Chandrawarman memacu kegiatan perdagangan yang diproduksi oleh rakyat itu sendiri yang akan dijual kepada pihak asing dalam setiap perjalanannya.
Bahkan pada tahun 525 m, cina berkunjung ke bagian barat pulau jawa untuk mempererat hubungan dalam kegiatan perdagangan, pertanian, pembangunan saranan perairan dan bangunan-bangunan yang saat itu china sudah terkenal dalam bikdang arsitekturnya.
Setelah masa Candrawarman selesai, pemerintahan di lanjutkan oleh raja Suryawarman anak dari pangeran candrawarman itu sendiri.
Pada saat itu adanya kecemburuan dari bagian galuh karena bagian barat sungai citarum tersebut lebih produktif dari bagian galuh sendiri, untuk menghilangkan rasa kecemburuan tersebut raja Suryawarman mendirikan sebuah kerajaan di galuh agar bisa lebih produktif pada tahun 526 M.
Di kerajaan Galuh senidiri raja Manikmaya yang di angkat oleh raja Suryawarman langsung memperbaiki perekonomian, kesejahteraan dan memusnahkan segala gangguan keamanan.
Selain itu dibuat pula tempat-tempat untuk menuntut ilmu pengetahuan yang bernama binayapanti, pendidikan agama yang bernama kawikuan yang nantinya berhasil meningkatkan tarah hidup masyarakatnya.
Selain itu di buat pula jalan-jalan untuk mempernudah perdagangan yang semula kegiatan tersebut hanmya di lakukan melalui jalur sungai.
Jadi jelas pada jaman tersebut Sunda tidak perlu sosok seperti nabi, karena selain bermoral bangsanya, tidak ada pula kesejangan sosial di tatar sunda. Lalu bagiamana nantinya pengaruh Islam di Nusantara pada saat itu?
Apakah menghancurkan atau menambagkan pengaruh yang baik Nusantara?
Editor : Anuro

