Oleh: Syarif Rahmat RA

Ibrahim melakukan observasi dan penelitian. Berdasarkan Tesisnya ia menyimpulkan bahwa bulan bintang matahari dan berhala bukan Tuhan. Bahkan ia dengan tegas mengatakan ketika melihat bintang-bintang terbenam:

لا احب الغافلين

“Aku tidak mau menjadi “Muhibbin” bagi benda-benda yang suka terbenam” (Al An’am:76).

Ketika hasil ‘penelitiannya” ini disampaikan kepada ayahnya, ‘Tesis’ itu bukannya di diskusikan, akan tetapi justru Ibrahim diancam ‘dipecat’ oleh sang ‘Rois’ (kepala) keluarga itu.

قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ ۖ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا. (مريم:٤٦)

Artinya: “Berkata bapaknya: “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama” (Maryam:46)

Ibrahim tidak surut langkahnya bahkan ia lebih berani dengan cara menghancurkan tuhan-tuhan palsu dan hanya menyisakan satu berhala saja. Pusat kekuasaan tentu saja meradang karena berhala-berhala itu selama ini telah menjadi penopang kekuasaannya. Meskipun pada akhirnya memiliki sikap yang sama terhadap tesis Ibrahim sehingga Ibrahim harus menerima hukuman berat dibakar di tengah kobaran api yang besar, tetapi negara masih lebih baik dibandingkan dengan keluarganya sendiri di mana Namrudz memberikan kesempatan kepada Ibrahim untuk menjelaskan tesisnya. Api besar itu pun tak mampu menghanguskan tubuh Ibrahim. Iya terasa dingin hingga sampai padamnya Tak sedikitpun menodai tubuh Ibrahim. Abul Anbiya (Bapak para Nabi) itu menang.

Ketika Musa alaihissalam menyampaikan kebenaran kepada Firaun, sang ‘Ketua’ negeri Mesir itu marah dan memanggil Musa. Terjadilah dialog berikut:

قَالَ أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ.وَفَعَلْتَ فَعْلَتَكَ الَّتِي فَعَلْتَ وَأَنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ.قَالَ فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ.فَفَرَرْتُ مِنْكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكْمًا وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُرْسَلِينَ.وَتِلْكَ نِعْمَةٌ
تَمُنُّهَا عَلَيَّ أَنْ عَبَّدْتَ بَنِي إِسْرَائِيل

Artinya: “Fir’aun berkata: “Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu”?. dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna”.Berkata Musa: “Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul. Fasilitas yang engkau berikan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil”. (Asy Syu’ara:18-22)

Jadi jelas penentangan yang dilakukan oleh Musa kepada Firaun itu karena Musa menyadari bahwa selama ini rakyat Bani Israil diperbudak dan dihinakan. Musa emang mendapatkan banyak fasilitas. Akan tetapi ia ingin bahwa warga Negara Kesatuan Rakyat Israel (NKRI) bebas dari penindasan dan perbudakan. Firaun memanfaatkan para pendusta, penipu, pemalsu, tukang edit, pemutar balik fakta (baca:tukang Sihir) untuk mengalahkan Musa yang juga berubah menjadi ular besar serta melahap semua ular tukang sihir itu. Dan pada akhirnya manusia pesanan Firaun itu bergabung menjadi pendukung ‘tesisnya’ Musa. Setelah melewati beberapa perjalanan akhirnya Negara Kesatuan Rakyat Israel (NKRI) bebas dari perbudakan Firaun dan kroni-kroninya.

Hasbunallah Wani’mal Wakil.

2 thoughts on “ANCAMAN & PEMECATAN”
  1. Sejarah peradaban manusia terulang saat dg munculnya tesis Kyai Imad. Insya Allaah sebagaimana Ibrahim dan Musa ummat pun akan menyadari kebenaran tesis Kyai Imaduddin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *