RAMADHAN HARI KEDELAPAN BELAS
Syarif Rahmat RA

Firman Allah:

وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ

Artinya: “dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan-Nya kepadamu, supaya kamu bersyukur…”

Tujuan Kedua, dengan disyari’atkannya ibadah puasa Ramadhan dengan segala hikmahnya dan kemudahan yang Allah berikan dalam pelaksanaannya, maka setelah genap satu bulan menunaikannya, diharapkan kaum Muslimin menyadari akan keagungan Allah serta kemurahannya sehingga setiap saat mereka mengagungkan-Nya. Takbir di sini sebagai ungkapan pengagungan kepada Allah atas petunjuk-Nya itu.

Para Ulama memahami bahwa setelah sempurna hitungan puasa satu bulan, kaum Muslimin dianjurkan menyatakan kegembiraannya dengan mengumandangkan takbir.

Para Ulama berbeda pendapat kapan waktu mengumandangkan takbir. Sebagian Ulama  menfatwakan bahwa kumandang takbir disyari’atkan pada saat malam Idul Fitri sesuai dengan redaksi ayat di atas dan berakhir ketika Khatib naik mimbar.  Pendapat kedua memulai kumandang takbir pada hari Idul Fitri dalam perjalanan menuju tempat Shalat. Pendapat lain menyebutkan bahwa mengumandangkan takbir — dengan membaca kalimat yang biasa dikumandangkan Ummat Islam — tidaklah disyari’atkan karena yang dituju bukan semata mata mengucapkan kalimat takbir melainkan perasaan syukur dalam hati. Tetapi menurut mayoritas Ulama termasuk  Imam Syafi’i, yang benar adalah pendapat pertama karena sesuai dengan redaksi ayat di atas dengan diurutkannya kalimat “agar supaya kamu menyempurnakan hitungannya” dengan kalimat “dan agar kamu mengagungkan Allah..”. Wallahu A’lam.

Adapun redaksi takbir adalah sebagaimana yang sudah lazim dikumandangkan kaum Muslimin. Redaksi yang pendek adalah:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ 

Artinya, “Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar. Segala puji bagi-Nya.”

Sedangkan kalimat takbir yang lengkap adalah sebagai

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا .إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ . اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Artinya, “Allah maha besar. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan petang. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menguamba kecuali kepada-Nya, memurnikan agama hanya bagi-Nya  meski orang orang  kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang Esa, yang menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan sendiri memorak-porandakan pasukan (musuh-Nya). Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar. Bagi Allah-lah segala puji”.

Ketahuilah bahwa Rasulullah SAW acapkaliembaca takbir ketika selesai menunaikan ibadah. Allah berfirman dalam Al Qur’an:

فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا ۗ فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ.(البقرة:٢٠٠)

Artinya: “Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat” (Al Baqarah:200).

Yang dimaksud dengan dzikir di sini — menurut sebagian Ulama — adalah “takbir” dan memuji Allah.

Dalam satu keterangan disebutkan bahwa tanda telah berakhirnya Shalat Rasulullah SAW diketahui melalui bacaan takbir. Ibnu Abbas RA berkata:

كُنْتُ أعرِفُ انقضاءَ صلاةِ رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم بالتَّكبيرِ. (رواه البخاري)

Artinya: “Aku mengetahui telah selesainya Shalat Rasulullah SAW dengan mendengar takbir” (HR Al Bukhari)

Tentu yg dimaksud dengan takbir di sini bukanlah takbir dengan redaksi di atas. Wallahu A’lam

Marilah kita meriahkan malam Idul Fitri dengan memperbanyak membaca Takbir di Masjid Masjid dan di rumah rumah kita. Tetapi janganlah takbir kita mengganggu orang lain yang sedang beristirahat, karena hal itu akan menghilangkan pahala ibadah kita. Hasbunallah

(Pondok Cabe, 18 Maret 2025 M/18 Ramadhan 1446 Jam 10.16)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *