RAMADHAN KEDUA PULUH SEMBILAN
Syarif Rahmat RA
Firman Allah:
وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَآ اِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil (Al Baqarah:188).
Inilah ayat terakhir dalam pembicaraan Puasa Ramadhan. Dan inilah target terakhir dari disyari’atkannya puasa; “Tidak makan harta orang lain dengan cara yang salah”. Yang dituju bukankah memakannya dengan menggunakan mulut, tetapi mengambil hak orang baik untuk dimakan, dijual ataupun sekedar dimiliki.
Cara pendidikan dan penyembuhan penyakit ini memerlukan waktu lama, satu bulan, karena penyakit tersebut bukan lagi merupakan penyakit perorangan melainkan sudah menjadi wabah yang melanda hampir seluruh manusia. Tidak ada seorang manusia pun, tidak ada satu keluarga pun, tidak ada satu perusahaan pun, tidak ada satu lembaga pun yang tidak terkenal virus ini.
Selanjutnya, ketahuilah bahwasanya yang termasuk dalam makan harta orang lain dengan cara batil meliputi pencurian, perampokan, pembegalan, penipuan, riba, uang hasil perjudian, curang dalam timbangan dan segala transaksi yang di dalamnya ada unsur gharar (tipuan).
Ketahuilah pula bahwa makan harta yang tidak halal — jika dalam bentuk makanan — itu akan menyebabkan sekurang kurangnya 3 hal:
Pertama, badan sakit sakitan. Sakit ini sebenarnya karena benturannya makanan dengan hati nurani. Ketika orang menyadari bahwa makanan itu bukan miliknya, maka hatinya akan mengingkari ia masuk ke dalam tubuhnya. Tetapi karena desakan hawa nafsu pada akhirnya ia masuk juga. Di sinilah benturan akan terjadi. Kebanyakan penyakit manusia berasal dari pikirannya.
Kedua, badan akan terasa berat diajak beribadah. Karena sesungguhnya tubuh yang tumbuh dari barang haram akan bergerak menuju neraka. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Setiap daging yang tumbuh dari yang tidak halal, maka neraka yang lebih patut baginya”. (HR. Ahmad)
Ketiga, do’anya tidak akan dikabulkan. Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إلاَّ طَيِّبًا وإنَّ اللهَ تَعَالىَ أمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ, فَقَالَ : ﴿ يَأيُّهَا الرُسُلُ كُلُوا مِنَ الطَيِّبَاتِ وَ اعْمَلُوا صَلِحًا إنِّى بِمَا تَعْملُوْنَ عَلِيْمٌ ﴾ وَقَالَ :﴿يَأَيُّهَا الذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَ رَزَقْنَاكُمْ﴾ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَفَرَ, أشْعَثَ أغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إلىَ السَمَاءِ يَا رَبِّ ! يَا رَبِّ ! وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَ غُذِيَ بِالحَرَامِ فَأنَّى يُسْتَجَابُ لِذَالِك
Artinya: “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin seperti perintah-Nya kepada para rasul-Nya. Firman-Nya membaca,“Wahai para Rasul ! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik dan kerjakanlah kebajikan. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kaalian kerjakan”(Al Mukminun:51). Dan firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman, Makanlah dari rejeki yang baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allâh, jika kamu hanya beribadah kepada-Nya”. (Al-Baqarah:172). Kemudian Rasûlullâh SAW mengisahkan tentang seorang yang sedang melakukan perjalan jauh, kusut rambutnya dan berdebu, pula badannya. Orang itu menadahkan tangannya ke langit seraya berdo’a : “Ya Tuhan, Ya Tuhan. Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia tumbuh dengan sesuatu yang haram, maka bagaimanakah do’anya akan dikabulkan ?! (HR. Muslim)
Tujuan akhir pendidikan Ramadhan adalah menghasilkan manusia bertaqwa yang berbudi pekerti. Sebagaimana telah disampaikan di muka, taqwa yang diraih melalui puas Ramadhan adalah kemampuan menahan diri dari menginginkan yang bukan haknya. Betapa pun kuatnya keinginan itu, ia tidak akan bisa dikalahkan. Ia akan malu dengan “ijazah” yang telah diraihnya dan pangkat yang telah disandangnya.
Bagi yang lain, Puasa Ramadhan merupakan Rumah Sakit mengobati segala firus yang selama ini menggerogoti jiwanya. Setelah dirawat secara intensif, kini ia sembuh dan tengah menunggu pemulihan. Dengan tekun dan sabar ia berusaha agar dapat kembali ke Fitrahnya yang suci. Itulah Idul Fitri (kembali ke dalam Fitrahnya yang suci).
Dengan sukses Ramadhan, manusia akan berpantang dari mengambil hak orang lain, tak akan mencuri dan tak akan korupsi. Pemberantasan korupsi tidak harus dengan membuatkan penjara di pulau pulau terpencil. Didik saja warga negara dengan baik dan benar di Campus Ramadhan. Insya Allah persoalan yang kini melanda negeri Indonesia akan dapat diselesaikan tanpa banyak biaya. Wallahu A’lam
(Pondok Cabe, Sabtu 29 Maret 2025 H/29 Ramadhan 1446 H jam 07.34)

